Copyright © ...Pecinta Kata dan Senja...
Design by Dzignine
Senin, 16 September 2013

Semoga Tak Lelah

Entah kapan terakhir kali langit berwarna biru
di mataku, tetap saja terlihat abu-abu.
meski tanah yang ku pijak tidak lagi bebatuan tajam,
pasir ini tetap saja membenamkan.
kurasa, mungkin aku bisa tenggelam saat bungkam jadi pilihan
ketimbang harus berdebat panjang yang berakhir dalam diam,
atau mungkin sebuah kehilangan
maka, tolong jangan pernah sungkan,
bersiaplah untuk mengulurkan tangan.

Sejatinya, mimpi hanyalah angan yang belum mampu diraih dalam genggaman
namun, kita adalah realita meski belum seutuhnya bersama
semoga tak pernah ada kata lelah untuk menjadikannya selalu ada.


@saiarini
-dalam suatu malam yang mendung di Agustus-
Rabu, 31 Juli 2013

Masjid yang Suka Dikira Gereja

Di sebuah taman bersejarah daerah Edmonton, Kanada, ada sebuah bangunan yang tersusun dari batu bata yang rapi. Pengunjung taman Edmonton sering sekali berhenti tepat di depan bangunan bata ini. Ada sepercik tanda tanya dalam benak mereka. Bangunan apakah yang ada di hadapan mereka ini? 

Bentuknya persegi panjang, tidak terlalu luas, dan memiliki kubah yang bentuknya seperti bawang. Kebanyakan, mengira bahwa bangunan ini adalah sebuah Gereja Ortodoks Yunani. Tapi, suatu hal yang aneh jika gereja memiliki simbol bulan sabit di atas kubah yang terdapat pada kedua menara yang terletak sisi kanan dan kiri pintu masuknya.

Yap. Bangunan bata ini memang bukan Gereja Ortodoks, melainkan sebuah masjid. Ini adalah Al-Rashid, masjid tertua di Kanada. Dibangun tahun 1938, di mana pada masa itu sudah ada sekitar 700 Muslim di Kanada. Pembangunan masjid  yang dilakukan oleh kontraktor Ukraina-Kanada, Mike Drewoth, pun resmi dibuka pada 12 Desember 1939 dengan gaya arsitektur yang memang menyerupai Gereja Ortodoks. 

Di tahun 1940, pemerintah setempat ingin meluaskan bangunan sekolah. Al-Rashid kemudian dipindahkan dari tempat aslinya ke lokasi yang lebih jauh beberapa blok. Al-Rashid pun menjadi pusat kegiatan masyarakat yang ramai. Namun, di tahun 1882, masjid ini mulai terlantar setelah jamaah masjid semakin banyak dan tidak cukup untuk menampung lagi. Jamaah pun berpindah ke sebuah pusat kegiatan Islam yang baru. Pemerintah setempat akhirnya berencana merobohkan Al-Rashid untuk memperluas rumah sakit. Sejumlah upaya untuk menggalang dana dan mencari lokasi baru untuk Al-Rashid pun gagal. Al-Rashid siap dirobohkan pada 1988.

Muncullah Lila Fahlman dan Razia Jaffer, pendiri dan presiden CCMW (Canadian Council of Muslim Women), mereka secara berai melakukan aksi penyelamatan masjid melalui aliansi dengan berbagai organisasi arus utama Kanada yang tertarik untuk melestarikan bangunan-bangunan tua dan unik. Pada akhirnya, mereka menang. Dana terkumpul dan otoritas konservasi sepakat bahwa masjid ini, sebagai sebuah tempat bersejarah yang memiliki nilai warisan, layak masuk dalam museum sejarah.

Di tahun 1991, diputuskan masjid Al-Rashid dipindahkan kembali ke Fort Edmonton Park dengan biaya sebesar $ 75.000. Sekitar setahun kemudian, tepatnya 28 Mei 1992, bangunan ini selesai direnovasi, dikembalikan ke tampilan awalnya di tahun 1939 dulu, dengan hiasan yang orisinil dan dibuka untuk umum.

Eksterior yang Berbeda

Masjid dengan eksterior yang tampak seperti gereja memang bisa ditemukan di kota-kota Kanada lainnya. Hal itu bisa jadi karena bangunan tersebut dulunya memang sebuah gereja. Lalu dibeli oleh umat Islam Kanada dan direnovasi menjadi masjid. Masjid Jami Toronto contohnya, dulunya adalah gereja Presbyterian.


Di sinilah bedanya Al-Rashid. Al-Rashid tampak seperti gereja bukan karena dulunya bangunan itu bekas gereja yang kemudian direnovasi agar terlihat seperti masjid. Al-Rashid adalah satu-satunya masjid yang dari awal strukturnya memang dibangun sebagai masjid yang menyerupai sebuah gereja.

Sebagian besar masjid di Kanada adalah khas Timur Tengah dan berkarakter arsitektur Asia Selatan, menceminkan daerah asal mayoritas besar Muslim Kanada. Lagi-lagi, Al-Rashid berbeda. Bangunan masjid ini menyatu dengan lanskap lokal. Jadi Al-Rashid seperti bangunan yang menghargai kesamaan dengan masyarakat yang mengakui adanya perbedaan.


*berbagai sumber

Selasa, 09 Juli 2013

Gadget Futuristik dalam Film

Buat kamu pecinta film action atau sci-fi, pasti nggak asing dong sama sekuel film Batman, Mission Imposibble, James Bond, sampai yang belum lama ini hadir, Startrek. Kalau  mengingat kesamaan dalam semua film tersebut, kira-kira apa yang bakalan terlintas di kepala kamu. Yippie, gadget canggih! Selama film berlangsung, selain dengan menariknya jalan cerita, kamu juga akan dimanjakan dengan kehadiran gadget-gadget canggih yang futuristik dan pastinya...bisa bikin bibir kamu berdecak kagum.

Gadget-gadget tersebut bermacam-macam fungsinya. Mulai dari kebutuhan untuk spionase, menghindar dan menangkap musuh, atau perangkat teknologi canggih untuk mempermudah aktivitas manusia sesuai karakternya di film. Kamu masih ingat nggak nih, apa aja gadget legendaris yang ada di film-film tersebut atau selama ini malah nggak ngeh sewaktu lagi nonton filmnya? Daripada bingung mikir, yuks intip beberapa gadget kerennya!

*       Night Vision

Gadget yang ada di film Batman ini, diciptakan oleh asisten kepercayaannya, Lucios Fox. Night Vision mulai digunakan Batman di film-nya yang berjudul The Dark Knight. Sesuai dengan namanya, gadget ini merupakan sebuah kacamata yang digunakan Batman agar bisa melihat lebih jelas di gelapnya malam.
Nggak cuma itu, kacamata yang dipadukan dengan teknologi sonar ini, bisa membuat semua ponsel di kota Gotham menjadi alat pelacak keberadaan si badut menyeramkan, Joker. Nah, hasil pemetaan dari smartphone ini yang nantinya akan muncul di night vision. Lalu Batman bisa segera meluncur deh ke-TKP, tempat Joker bersembunyi.

*       Bat Computer

Ini adalah gadget canggih yang ada di Bat Cave, markas rahasia Batman. Bat computer merupakan komputer super canggih yang dipakai Batman untuk menyelidiki musuh. Disebut super canggih karena bat computer bisa menampilkan identitas orang yang diinginkan Batman secara lengkap hanya dalam sekejap. Di The Dark Knight, Bat Computer juga digunkan untuk melacak telepon yang dipakai di seluruh kota Gotham dalam rangka mencari keberadaan Joker. Sementara dalam The Dark Knight Rises, Batman kembali menggunakan Bat Computer untuk melacak identitas Selina Kyle, si Catwoman yang diperankan oleh Anne Hattaway.

*       3D Printers 
Beralih ke sekuel film Mission Impossible. Gadget ini adalah perangkat yang paling sering digunakan dalam sekuel MI dari seri 1 sampai 4. 3D Printers merupakan wajah tiruan yang bisa dibuat menggunakan silicon dengan tingkat akurasi yang persis sama. Di Ghost Protocol, Ethan menggunakan gadget ini untuk membuat duplikasi wajah musuhnya, Philip Seymour Hoffman. Dengan bantuan 3D Printers, Ethan bisa leluasa melakukan penyamaran.

*       Self-Destruction Text Message
      


Gadget ini juga sering digunakan dalam sekuel MI. Fungsinya untuk memberitahukan pesan misi pada agen IMF, Ethan Hunt. Pesan yang disampaikan bisa berupa pesan teks ataupun multimedia. Setelah Ethan Hunt selesai membaca pesan tersebut, maka..Duar! Gadget ini akan hancur dalam hitungan detik saja. Bentuknya tak selalu sama dalam setiap penampakannya, ada ponsel, kacamata, kamera, sampai yang terakhir di Ghost Protocol, berbentuk telepon umum.

*       Spy Earpiece

   Nah, kalau gadget yang satu ini adalah gadget yang paling sering banget dipakai sama Ethan dan timnya saat menjalankan misi. Alat ini kecil banget dan sulit diketahui penggunaannya. Di sekuel Mission Impossible yang terakhir, alias Ghost Protocol, Spy Earpiece digunakan salah satunya pada scene di mana Ethan dan agen Jane Carter yang diperankan oleh Paula Patton, menyamar sebagai tamu undangan untuk menghadiri sebuah pesta. Tujuan mereka datang ke pesta itu untuk mematai-matai Brij Nath, pengusaha telekomunikasi India yang diperankan aktor India terkenal Anil Kapoor. Hayoo, masih ingat nggak sama scene ini?
 
*     Surface Computer

Nah, ini juga sering banget muncul di sekuel Mission Imposibble. Nggak cuma di film ini aja sih. Kalau kamu sering merhatiin, di sekuel Iron Man dan beberapa film bertema futuristik, gadget semacam ini juga sering nongol. Surface computer merupakan perangkat komputer yang bisa berinteraksi dengan penggunanya melalui permukaan yang touchscreen dan nggak perlu pakai monitor atau keyboard. Jadi, tinggal sentuh lalu seret jari kamu ke sana, ke sini. Kamu bisa mengakses tampilan layar di hadapan kamu sesuka hati.

*       Intellegent Contact Lens

Ini bukan sembarang lensa kontak yang bisa bikin penglihatan jadi lebih jelas. Di dalam lensa kontak ini, ada suatu rangkaian yang berfunggsi untuk mengambil gambar layaknya kamera. di sekuel Ghost Protocol, gadget ini digunakan untuk mengambil gambar yang kemudian diproses dari smartphone untuk melakukan ‘Face Detection’ dan ‘Face Recognation’. Nantinya, smartphone tersbut akan menampilkan identitas orang yang telah terdeksi. Nggak cuma itu, lensa kontak ini juga bisa digunakan sebagai scanner digital yang dihubungkan ke smartphone lalu dicetak dengan printer jarak jauh.

*       Holographic Projection Screen

Ini adalah sebuah proyektor yang sangat mengagumkan. Gadget ini hadir di sekuel Ghost Protocol dan digunakan Ethan Hunt untuk mengelabui kebaradaannya di sebuah koridor saat dikejar musuh. Proyektor ini bisa menciptakan gambar 3D palsu di koridor tersebut dan menampilkan layar yang menggambarkan seolah-olah tidak ada orang di koridor tersebut. Padahal, ada Ethan dibaliknya. Gadget ini juga dilengkapi dengan robot yang dapat mengintai mata korban.

*       Paper Clip Trasher

Penampakan bentuk Paper Clip di Ghost Protocol bisa kamu saksikan di scene saat Ethan menempatkan Paper Clip di koper musuh lalu melacak keberadaannya. Dalam pengoperasiannya, Paper Clip yang memiliki wireless dengan radius sekitar 20 m ini, akan terhubung menggunakan smartphone. Sayangnya, saat Ethan hendak melacak posisi musuh, ia mengalami gangguan karena Paper Clip mengirimkan sinyal yang lemah akibat badai pasir. 

*       Heads-Up Display (HUD)

Kalau gadget yang satu ini cuma ada di sekuel Iron Man. Gadget ini merupakan salah satu kreasi Tony Stark si miliuner jenius. Merangkap sebagai superhero, Tony Stark membuat sendiri baju lapis baja sebagai pelindung saat menumpas kejahatan. Di dalam baju lapis baja inilah terdapat HUD. Letaknya tepat di mata Iron Man. Fungsi dari HUD sendiri untuk mencari segala informasi dan data dengan tampilan berbentuk layar. Dengan adanya gadget ini, Iron Man bisa melihat, mengetahui, mengendalikan, dan menganalisa segala sesuatu dengan bantuan komputer super yang berpusat di markasnya.


Dari Fiksi jadi Nyata
Kecanggihan gadget-gadget yang ada di film, memang nggak perlu lagi diragukan. Sayangnya, cuma ada di film. Tapiii jangan kepalang dulu kecewa. Soalnya, seiring dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi, beberapa gadget ternyata bisa untuk direalisasikan. Yup. Kecanggihan gadget-gadget yang ada di dalam film, ternyata menginspirasi beberapa perusahaan untuk berusaha membawanya ke dunia nyata. Kira-kira, gadget yang mana aja ya? Check this out!

*  Kabarnya, salah satu perusahaan Jepang, sekarang sedang mengembangkan teknologi 3D Printers. Kegunaannya sama seperti di film Mission Impossible, membuat replika wajah dengan sangat detail mulai dari warna kulit hingga bintik-bintik wajah. Kalau ada jerawat atau bekas luka, bisa juga nggak ya? Hehe. Biaya yang dikeluarkan untuk satu masker wajah hasil 3D Printers ini nggak tanggung-tanggung, $4000. Kamu mau coba?

*   Surface Computer
Gadget ini sudah diciptakan Microsoft dan diresmikan 30 Mei 2007 lalu. Di dunia nyata, gadget ini punya keunggulan lain, yaitu bisa mengupload file dengan cepat. Kamu cuma tinggal meletakkan USB di permukaan layar. Nanti secara otomatis sistem kamera dan inframerah akan mendeteksi isinya. Harga gadget ini $12.500 sampai $15.000. Well, untuk mendapatkan gadget canggih terkadang butuh kocek yang nggak sedikit.

*   Kalau kamu nonton Sekuel Startrek, udah nggak asing dong sama gadget berbentuk kacamata yang sebenarnya adalah sebuah komputer canggih. Disebut demikian karena gadget ini bisa secara otomatis tahu apa yang kamu inginkan. Artinya, kamu nggak perlu lagi mengetik untuk melakukan pencarian. Nah, sekarang Google lagi mencoba ngeluarin tren baru yang serupa dengan itu, Guys.

Kacamata canggih ini diberi nama Google Class. Fungsinya mirip dengan gadget yang sering kamu pakai untuk berjejaring sosial. Jadi, saat menggunakan gadget ini, kamu bisa melihat timeline dari pandangan kamu seperti kamu sedang melihat layar komputer atau smartphone. Nggak cuma itu, kamu juga bisa melihat video, foto, dsb. Saking canggihnya, kalau mau berfoto, kamu tinggal mengedipkan mata. Lalu sensor kacamata akan menangkap gambar tersebut. Kualitas kameranya pun cukup memuaskan, 5 MP.
Gadget ini mulai diperkenalkan pada ajang New York Fashion Week 2012 lalu. Google Class diperkirakan selesai dan bisa dinikmati di tahun 2014. Keberadaannya diprediksi akan semakin membooming di tahun 2016. Namun, penggunaannya dlarang untuk anak usia di bawah 13 tahun dengan alasan antisipasi terhadap penggunaan yang tidak sebagaimana mestinya.

* Film Startrek ternyata juga menginspirasi Mike Lazaridis. Pasca behenti dari jabatannya sebagai CEO Blackberry, Ia memiliki ambisi dahsyat untuk menciptakan gadget-gadget canggih seperti yang ada di film Startrek. Salah satu gadget yang dimaksud adalah gadget  untuk dunia kesehatan. Bentuknya ‘handheld’ dan punya kemampuan untuk mendiagnostik penyakit dan memonitor kondisi kesehatan pasien.  

   "Kami telah melihat banyak perangkat dan prediksi dari film Star Trek menjadi kenyataan. Mulai dari inovasi di bidang komputer, solusi aktivasi dan pengenal suara, alat komunikasi canggih di smartphone serta komputer," jelas Lazaridis, seperti dilansir dari Cnet, Rabu (20/3/2013).



Saat akhirnya teknologi tidak lagi sebatas mimpi, semoga kehadiran gadget-gadget canggih seperti ini bisa makin mempermudah kita dalam beraktivitas ya. Tentu saja, untuk kegiatan yang sifatnya positif dan nggak merugikan orang lain.



*berbagai sumber
Sabtu, 16 Februari 2013

Cara Kami Berbalas Rindu (Part 2)

sudah kusematkan rinduku pada udara pagi. semoga sampai ke relungmu, menyusup tak mau pergi.
sudah kutitipkan senyumku pada senja. semoga tertangkap langsung oleh mu di binar mata paling bahagia.
@saiarini

aku tak pernah bisa marah. karena tiap hela nafas ada rinduku untukmu.
mendekap barisan hariku yang penuh bahagia tumpah ruah, pada sepotong senyum yang kau titipkan di arakan senja
pergi jauh, sudah laraku…
@to_destiny
Senin, 11 Februari 2013

Finally, We Went to Planetarium!






Terakhir ke tempat ini kelas 6 SD dan saya belum mengenakan kacamata. jadi apa yang saya saksikan dalam tayangan (yang ceritanya) ke luar angkasa itu samar. Tak terlihat apa-apa malahan.
Setelah bertahun-tahuntahuntahun (agak lebay) membujuk Langit untuk datang ke tempat ini, finally! We did it together! Setelah berkacamata dan menyaksikan semuanya dengan jelas, voila!! saya makin mencintai langit, isinya, dan Tuhan sebagai Maha Pencipta. Tentu saja berterima kasih pada Langit yang ada di sebelah saya :)
Namun, entah mengapa, semua gambar yang terekam kamera jadi blur semua haha :D

Partner in Crime




Hobi saya ini emang rada beda sama orang kebanyakan. Sukanya jalan-jalan ke museum, berjalan kaki mengitari taman kota, menghabiskan sore di pinggir pantai atau di atas gedung tinggi untuk melihat senja, dan menikmati hujan di beranda rumah. Bersyukurlah karena Langit tak pernah berkeberatan untuk selalu menemani dan menautkan jemari.
u’re the best partner in crime beibiii! :)


Senin, 07 Januari 2013

Saatnya Peduli untuk Melindungi Diri


Semua berawal dari sini...
“Kalo umur gue nggak panjang, gue titip nanti lo jagain anak gue ya..”
Lidah saya seketika kelu setelah mendengar kalimat itu terlontar dari kerabat dekat saya, MA namanya. Usianya sudah kepala tiga dan berperawakan tinggi kurus. Saya hanya diam, tak menjawab permintaannya saat itu. Ia pun berlalu, tanpa memberikan penjelasan apa-apa. Saya ditinggalkan begitu saja dengan banyak tanda tanya yang menari-nari di kepala.
Menyadari bahwa MA jadi begitu tertutup dan berusaha menghindar untuk bertemu saya, pun dengan orang lain, saya tetap bersikeras mencari tahu. Akhirnya, RF yang merupakan istri MA mau bercerita. Saya ingat betul. Hari itu langit begitu cerah. Namun mendung langsung berpayung di atas kepala saya. Betapa tidak, ternyata MA dinyatakan  oleh dokter mengidap AIDS, sementara RF juga sudah terinfeksi HIV.
Selang beberapa minggu kemudian, saya kembali bertemu dengan MA. Namun, ia sudah tidak lagi menghindari orang lain dan kembali bersikap wajar seperti saat ia belum diberitahu dokter kalau ia mengidap AIDS. Senyumnya pun lebih sumringah, penuh rasa percaya diri. Hal yang terpenting adalah ia tidak lagi membahas soal kematian yang menyeramkan seperti sebelumnya.
“Ternyata penyakit gue nggak seserem yang gue bayangin. Dunia gue nggak akan kiamat cuma gara-gara gue kena AIDS. Masalah hidup-mati, gue udah pasrah sama Tuhan, yang penting sekarang adalah gimana caranya gue harus bisa terus bertahan hidup buat ngebesarin anak semata wayang gue.”
Lantas MA menceritakan pengalamannya saat tergabung dalam sebuah kelompok HIV/AIDS bernama Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Koja Sehati Plus yang berada di bawah naungan RSUD Koja, Rumah Sakit rujukan ARV[1] untuk Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di daerah Jakarta Utara.
          HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita mulai lemah, maka timbullah masalah kesehatan. Gejala yang umumnya timbul antara lain demam, batuk, diare yang terus-menerus. Kumpulan gejala penyakit akibat lemahnya sistem kekebalan tubuh inilah yang disebut AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). (Spiritia, 2009:4)
          Walaupun begitu, tertular HIV (atau menjadi HIV-positif) bukan berarti orang tersebut langsung jatuh sakit. Seseorang bisa hidup dengan HIV di dalam tubuhnya bertahun-tahun lamanya tanpa merasa sakit atau mengalami gangguan kesehatan yang serius. Lamanya masa sehat ini dipengaruhi oleh keinginan yang kuat dari orang tersebut dan bagaimana orang tersebut menjaga kesehatan dengan pola hidup yang sehat.          
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana.[2]

            HIV dan AIDS memunculkan berbagai masalah pribadi dan pertanyaan yang sulit terjawab seperti soal kesehatan, keuangan, kematian, perkawinan, dsb. Pada akhirnya hal tersebut membawa dampak negatif bagi siapapun pengidapnya, misalnya trauma, membisu, berprasangka, dan diskriminasi yang sering terkait dengan penyakit ini.
         Saya yang begitu dekat dengan MA dan RF, tentunya tahu bagaimana masa-masa sulit di bulan-bulan awal mereka yang masih sulit menerima kenyataan telah terinfeksi HIV/AIDS. Saya tahu betul, bagaimana mereka jatuh bangun dan saling menguatkan yang dibantu pula oleh keberadaan kelompok dukungan KDS Koja Sehati Plus. Saya yang merasa begitu dekat secara emosional, pastinya sangat marah dan kecewa sekali ketika mengetahui beberapa kerabat menjauhi mereka setelah tahu mereka telah terinfeksi. Bahkan, tak sedikit secara sengaja atau tidak, melakukan perlakuan yang sangat diskriminatif, sehingga melukai hati MA dan RF.
         Oleh karena itu, saya memutuskan untuk bergabung dalam KDS Koja Sehati Plus. Hati saya begitu mantap untuk menjadi OHIDHA[3]. Jadi saya ingin menggali ilmu dan pengetahuan sebanyak-banyaknya tentang HIV/AIDS. Namun yang menjadi hal terpenting adalah saya ingin membuktikan kepada orang banyak, terutama kerabat dekat yang masih termakan stereotype menyesatkan tentang HIV/AIDS. Saya ingin menunjukkan secara nyata bahwa bukan menjadi suatu masalah bila kita berteman atau dekat dengan ODHA. HIV/AIDS tidak akan menular jika kita berinteraksi dengan mereka lewat sentuhan, berbicara, ataupun berpelukan. Besar harapan saya, makin banyak orang yang tak lagi awam bahwa ODHA tidak seharusnya dijauhi. Mereka justru membutuhkan dukungan dan pelukan. Kitalah yang harus membantu menguatkan.

Maka, di sinilah saya...
Rabu, 15 Juni 2011, saya datang untuk pertama kalinya. Saya langsung dikenalkan kepada seluruh ODHA yang ada di KDS Koja Sehati Plus. Mereka sangat hangat penuh kekeluargaan. Terlebih saat tahu saya mau menjadi OHIDHA, mereka begitu terbuka untuk berbagi informasi.
         Selain mengikuti kegiatan kelompok meski tidak selalu rutin, saya juga rajin datang ke RSUD Koja untuk berkonsultasi dengan dokter penanggung jawab KDS Koja Sehati Plus, Dr. Ni Wayan Ani P, SpKJ. Melalui Dr. Wayan saya belajar banyak tentang psikologis ODHA. Perihal bagaimana baiknya saya berkomunikasi dengan ODHA, mengingat banyak dari mereka yang menjadi sangat sensitif bila bersinggungan dengan penyakitnya.
         Dalam kelompok dukungan inilah saya juga menjadi dekat dengan beberapa ODHA lain. Selain RF, saya juga dekat dengan DH dan WT. Kami sering berbagi cerita. Saya pun belajar banyak dari pengalaman yang telah mereka kisahkan.

Kisah RF...
RF adalah seorang ibu rumah tangga dengan satu orang anak laki-laki berusia dua tahun. Dalam kesehariannya, RF merupakan sosok yang sabar dan legowo menerima semua permasalahan dalam hidupnya. Ia bisa bersikap sangat acuh pada orang yang baru ia kenal, tapi bisa dengan gampangnya terbuka tentang masalah hidupnya pada orang yang sudah ia percaya.
          Tidak pernah terlintas dalam benaknya bahwa ia akan menjadi seorang ODHA seperti saat ini. Hidupnya berjalan biasa saja sampai akhirnya ia berkenalan dengan MA. Mengatasnamakan cinta, RF bersedia menerima MA yang mantan junkies.
Siapa yang menyangka, perilaku MA yang pernah menggunakan narkoba  ternyata menjadi bumerang bagi keduanya. Beberapa bulan setelah menikah, MA seringkali jatuh sakit dan tak kunjung sembuh meski sudah berganti-ganti dokter. Bermula dari sakit batuk, demam, sakit kulit, hingga akhirnya sakit paru-paru. Merasa ada kejanggalan, dokter paru-paru terakhirnya merujuk MA untuk melakukan Voluntary Counseling Test (VCT)[4].
Dari hasil tes tersebut, diketahui bahwa MA positif AIDS dengan CD4 yang sangat rendah. CD4 adalah sejenis sel darah putih yang dipakai oleh HIV untuk menggandakan diri dan kemudian dibunuhnya. Jumlah CD4 mencerminkan kesehatan sistem kekebalan tubuh (Spiritia, 2009:45). RF sebagai istri pun diminta pula oleh dokter untuk melakukan VCT. Ternyata hasil tes juga menunjukkan bahwa ia telah terinfeksi HIV dan kemungkinan besar tertular dari MA melalui hubungan suami istri.
“Sebenernya udah feeling juga sih kalo gue bakalan positif juga. Soalnya MA kan udah positif udah mana dia CD4 nya rendaaaaah banget waktu itu. Bener ternyata hasilnya positif...”[5]
           
Kisah DH...
Sebagai seorang ibu dengan tiga anak, DH mengetahui bahwa ia terinfeksi bermula dari almarhum suaminya yang dirawat di Rumah Sakit Koja karena menderita diare akut dan infeksi paru-paru. Setelah pemeriksaan, ternyata almarhum suaminya dinyatakan dokter telah positif AIDS. DH dan ketiga anaknya pun harus melakukan pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan tersebut akhirnya DH mengetahui bahwa dirinya beserta anak kedua dan ketiganya juga telah terinfeksi HIV.
           Tak pernah terbayangkan dalam benak DH bahwa ia akan tertular HIV dari suaminya. Diakuinya, tidak pernah ada hal yang mencurigakan dari suaminya selama ini. Siapa menyangka, bahwa suaminya pernah terjerumus narkoba. Ia baru mengetahui hal tersebut tak lama setelah suaminya dinyatakan positif terinfeksi HIV. Itupun ia ketahui dari kakak iparnya.
“Pas tahu hasilnya, aku mau marah banget rasanya sama suami. Pengen maki-maki, sebeeeeeeel banget. Tapi aku nggak tega juga dia lagi sakit gitu di rawat kan. Mau teriak sekenceng-kencengnya rasanya tapi nggak bisa. Teriak aja d dalam hati. Yang pasti aku nangis, Mbak, karena aku ngerasa sendiri di dunia ini.”[6]

            DH termasuk orang yang beruntung karena keluarganya mendukung dan tidak mendiskriminasikan dirinya yang telah terinfeksi. Namun, penolakan sempat ia terima dari keluarga almarhum suami dan tetangganya. Keluarga dari pihak suami justru menjauhi DH dan ketiga anaknya karena merasa takut tertular. Hingga saat ini, mereka seringkali pura-pura tidak mengenali DH jika tanpa sengaja berpapasan di jalan. Begitu pun dengan tetangga DH, mereka langsung menjauhi keluarga DH karena yakin DH dan anak-anaknya pasti juga telah terinfeksi.
“...Waktu suami aku meninggal, pada rame Mbak tetangga aku banyak yang ngomongin kalo suami aku kena AIDS. ... Dulu sebelum tahu aku positif, tetangga pada baik-baik, Mbak. Tapi pas tahu aku sama anak-anak terinfeksi mereka berubah sikap jadi mulai menjauh juga. Mungkin karena mereka takut tertular juga.”[7]

Kisah WT...
Pria keturunan Jawa ini merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara. Tinggal terpisah dengan orang tua sejak lulus SMA membuatnya mandiri untuk berjuang keras bertahan hidup. Berawal dari pekerjaannya sebagai pramusaji di sebuah restoran, ia pun memiliki pekerjaan sampingan yang “tidak biasa”. Wajahnya yang tampan dan ketertarikannya pada sesama jenis, dijadikan sarana agar ia bisa mendapatkan penghasilan tambahan.
          WT pertama kali mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi di awal tahun 2009 ketika ia tergabung dalam sebuah Yayasan khusus untuk kaum gay. Dalam Yayasan tersebut terdapat sebuah dokter keliling yang rutin melakukan pemeriksaan setiap enam bulan sekali. Sejak dinyatakan positif, WT berhenti melakukan pekerjaan sampingannya dan memilih untuk fokus di Yayasan dan kemudian bergabung dengan KDS Koja Sehati Plus.
          Dengan pertimbangan yang matang, akhirnya WT memberanikan diri untuk membuka statusnya kepada keluarga. Beruntung, pihak keluarga tidak ada yang menjauhinya. Selain itu, WT juga memberanikan diri bercerita pada kekasihnya. WT bersyukur kekasihnya memutuskan untuk tetap bersamanya sampai saat ini. WT pun menjaga kekasihnya dengan safety sex menggunakan kondom dan rutin melakukan pemeriksaan HIV/AIDS untuk kekasihnya supaya tidak tertular.
            “Aku ngasih tahunya pas udah pacaran dua bulan. ... Aku sih nyuruh dia terus buat ngecek. ... Pokoknya ikut tes dari yang biasa-biasa aja sampe yang bener-bener bayar, untung hasilnya selalu negatif. Semoga terus-terusan negatif. Aku kalo ‘maen’ sama dia emang selalu ngutamain safety.[8]

Be Safety, please...
Itu beberapa kisah yang saya temui. Kebanyakan anggota di KDS Koja Sehati Plus ini memang perempuan. Sangat disayangkan, hampir semuanya terinfeksi dari pasangan mereka.  Tidak bisa dipungkiri, sebagai sesama perempuan, saya merasa begitu sedih. Bahkan mengingat keluh-kesah mereka selalu membuat saya sukses hujan di pelupuk mata. Rasanya ingin marah kepada pasangan mereka dan bertanya, “Kenapa kamu begitu tega menularkannya?”
         Itu saya. Bayangkan bagaimana perasaan mereka saat pertama kali tahu telah terinfeksi. Beberapa bilang, rasanya seperti dunia runtuh di depan mata. Tak sedikit pula yang mau lebih cepat mengakhiri hidupnya. Butuh keteguhan dan keikhlasan hati yang besar untuk menerima. Dan mereka semua sudah memiliki itu. Tidak ada penyesalan atau menyalahkan pasangan yang telah menularkan. Mereka justru bahu-membahu untuk saling menguatkan. Pun yang telah ditinggalkan, mereka masih punya segudang alasan untuk tetap bertahan.
         Seperti yang sudah saya tulis di awal, banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari kisah hidup mereka. Selain keteguhan dan keikhlasan hati, saya jadi begitu menyadari bahwa keberadaan kondom sangatlah penting, terutama sebagai alat perlindungan diri saat melakukan hubungan dengan pasangan. Terlepas dari anggapan beberapa orang yang berfikir sosialisasi kondom justru berjerumus pada kemaksiatan, kita tetap tidak bisa memungkiri kalau keberadaan kondom memang sangat diperlukan.
         Penggunaan kondom untuk sesama ODHA saja sangat penting. Hal tersebut dipaparkan secara jelas oleh  Dr. Ni Wayan Ani P, SpKJ., “Jika pasangan sama-sama positif dalam artian mereka berdua adalah ODHA, maka dalam berhubungan intim pun mereka wajib untuk tetap menggunakan kondom. Kenapa? Karena tipe virus yang dimiliki oleh masing-masing ODHA itu tidak selalu sama. Berbeda. Jika mereka berhubungan tanpa menggunakan kondom, maka penularan akan terjadi kembali. Yang ditularkan lagi adalah tipe virus yang berbeda tadi. Jadi virus yang dimiliki si suami bisa pindah ke istri, begitupun sebaliknya. Jika terus-terusan, tentunya akan menjadi suatu hal yang bisa membahayakan.”
         Kisah WT mungkin bisa untuk dijadikan panutan. Dalam konteks, dia tahu kalau dia telah terinfeksi. Dia begitu sayang pada pasangannya. Oleh karena itu, ia sangat menjaga pasangannya dengan melakukan safety sex menggunakan kondom. Selain itu dia juga rutin melakukan pemeriksaan. Sampai detik ini, hasil pemeriksaan terhadap pasangan WT selalu negatif. Dan semoga seterusnya begitu.
         See? Bagi ODHA saja itu sangat penting. Bagaimana dengan saya, kamu, dengan kita? Tanpa bermaksud mendahului takdir, bayangkan, berapa banyak kepala yang bisa diselamatkan, yang bisa terhindar infeksi HIV/AIDS akibat tertular dari pasangan, jika saja mereka mau menggunakan kondom. Jika selama ini kamu merasa bahwa kamu sudah hidup sehat, jauh dari narkoba, dan berkomitmen untuk setia pada pasangan, jangan dulu merasa senang. Lihat kembali kasus yang dialami oleh DW. Ia melakukan hal yang baru saja saya tulis di kalimat sebelumnya. Namun, tak ada yang bisa menjamin kalau pasangan kita juga melakukan hal yang sama kan?
         Terlebih jika kamu, yang secara sengaja atau tidak menemukan dan membaca tulisan ini, sudah menyadari kalau kamu pernah melakukan hal-hal yang bisa memicu HIV/AIDS. Penting untuk kamu menggunakan kondom jika ‘berhubungan’. Jangan pernah merasa takut untuk segera memeriksakan diri demi kesehatan kamu dan pasangan. MA, kerabat dekat saya yangs aya ceritakan di awal, merasa begitu bersalah dan menyesal sampai dengan detik ini karena telah menularkan HIV kepada RF. Kamu tidak mau mengalami hal yang sama kan?
          Saya berharap, kamu yang membaca tulisan ini jadi begitu tergugah untuk menyadari bahwa penggunaan kondom itu penting untuk menjaga diri sendiri dan pasangan. Bukan penting untuk ODHA saja, tapi juga untuk kita semua. Saya sangat percaya, tak ada satu orang pun di dunia ini yang mau terinfeksi HIV/AIDS, yang membuat ODHA harus rutin minum obat sampai mereka menutup usia. Oleh karena itu, mari kita lakukan yang kita bisa untuk membantu mengurangi jumlahnya dari sekarang.
          Ingat, JAUHI VIRUSNYA, BUKAN ORANGNYA! Salah satu caranya adalah dengan setia kepada pasangan. Gunakan kondom sebagai salah satu wujud kasih sayang. So, don’t forget to be safety with use ur condom, please...








Catatan :
-   >> Beberapa data dari tulisan ini diambil dari skripsi saya berjudul “Konstruksi Pengalaman ODHA dalam Berkelompok.”
-     >>  Narasumber MA, RF, DW, dan WT telah memberikan izin untuk menuliskan kisah mereka dengan catatan identitas telah disamarkan.




[1] ARV atau Antiretroviral adalah obat yang digunakan untuk mengobati retrovirus seperti HIV, untuk menghambat perkembangbiakannya.
   http://id.termwiki.com/EN:antiretroviral_therapy_%28ART%29 diakses pada tanggal 28 November 2011 pukul 10:57 WIB
[2]  id.wikipedia.org/wiki/AIDS diakses pada tanggal  13 Mei 2010 pukul 3:24 WIB
[3] OHIDHA : Orang yang tidak terinfeksi HIV/AIDS (HIV-negatif) namun hidup berdampingan dengan ODHA. Misal: keluarga, pasangan hidup, kerabat, dll.
[4] Proses konseling pra testing, konseling post testing, dan testing HIV secara sukarela yang bersifat confidential dan secara lebih dini membantu orang mengetahui status HIV (http://kpa-provsu.org/vct.php) diakses pada tanggal 13 September 2011 pukul 22.18
[5] Wawancara dengan RO pada 19 Juli 2011
[6] Wawacara dengan DH pada 28 Juli 2011
[7] Wawancara dengan DH pada 3 Agustus 2011
[8] Wawancara dengan WT pada 19 September 2011