SEPTEMBER.
Kami selalu menyukai September. Ada banyak momen penting di tanggal-tanggal
sakral yang sudah kami tandai. Di awal September misalnya, kami akan selalu
penuh suka cita saat mengulang tanggal tiga. Hal itu menjadi begitu istimewa
tepat di September ini, karena sebelas menjadi angka milik kami.
Sebelas, bukanlah waktu yang
sebentar jika merujuk pada ukuran tahun. Ya, kamu pasti bisa bayangkan itu.
Perjalanan panjang itu penuh liku. Suatu waktu, kami pernah dengan arogannya
saling menyakiti dengan berpura-pura tak merasa pada hati yang sebenarnya masih
ingin bersama. Lantas, kami memilih untuk melepas pelukan. Kami memilih
berbelok untuk membuat cerita baru di mana bukan kami yang menjadi toko utama
ceritanya. Kami memang tak lagi berpelukan, namun kami tak pernah melepaskan
genggaman tangan. Setiap hari selalu saja ada cerita dari masing-masing kami
tentang tokoh cerita baru yang kami punya. Kami tetap bertatap dengan saling
ceria dan penuh tawa meski seringnya terlintas rasa kecewa dan tak rela. Kami
menyimpannya sebagai diam yang berpenghuni di relung paling dalam.
Hatilah yang kemudian menuntun kami
kembali pada jalur yang dulu di satu titik kami pernah berhenti. Tapi tak semudah
itu pada kenyataannya. Kami justru punya musuh besar baru yang membuat cerita
seringnya jadi sendu. Kesibukan terlalu menyita waktu, dan komunikasi pada
waktu itu tidak begitu saja dapat terbantu melalui telepon seluler atau dunia
maya. Ya, sekarang jaraklah yang menjadi musuh besarnya. Bertahun mengiba pada
jarak membuat kami seringnya menatap pada langit yang sama, bercerita pada
senja, namun dari tempat yang berbeda.
Senja tak lagi sama beberapa tahun
berikutnya. Aku seringnya melihat lembayung yang dibayangi mendung. Tak ada
kabar berita, aku seolah tak tahu Langit-ku berada di mana. Tak ada satu pun
petunjuk yang aku punya untuk memecahkan misteri, mencari jejak kaki. Aku
kehilangan, tak ada lagi pegangan selain Tuhan.
Tapi rasanya takdir senang bermain
dengan kami. Aku yang hampir putus asa berbulan-bulan mencari, suatu hari
dipertemukan kembali. Kami percaya bahwa tidak ada yang pernah kebetulan.
Segala sesuatu pasti sudah digariskan. Maka kami percaya, inilah takdir Tuhan.
Karena sejauh apapun kami mencoba pergi berlari, kami pasti kembali seolah
Tuhan selalu punya cara-Nya sendiri untuk menyatukan kami.
Jadi di sinilah kami, dengan segala
upaya melewati banyak duri dan menghancurkan banyak batu besar menjadi kerikil
yang kemudian kami sentil. Kami kembali meneruskan perjalanan dalam buku cerita
kami yang akan masih terus membalik halaman untuk sebuah akhir yang kami
percayai itu bernama BAHAGIA.
Inilah September, milik aku dan
kamu. September milik kita. Terima kasih untuk selalu ada saat aku berhenti di
titik biru, memberi jeda di saat merah
menguasai kita, dan datang memberi warna cerah saat aku merasa abu-abu. Selamat
mengulang tanggal tiga untuk kamu, lelaki yang kunamai Langit, tempat ternyaman
untukku kembali pulang. Selamat Ulang Tahun untuk kita yang kesebelas tahun
lamanya. Semoga takdir selalu menjaga aku dan kamu tetap ada dan bersama hingga
di akhir cerita.
"...i'll always look back as i walk away
this memory ill last for eternity
and all ouf tears will be lost in the rain
when i've found my way back to your arms again..."
(Westlife - Queen of My Heart)