Copyright © ...Pecinta Kata dan Senja...
Design by Dzignine
Minggu, 23 September 2012

Sebelas itu Seratus Tiga Puluh Dua, dan itu Kita




SEPTEMBER. Kami selalu menyukai September. Ada banyak momen penting di tanggal-tanggal sakral yang sudah kami tandai. Di awal September misalnya, kami akan selalu penuh suka cita saat mengulang tanggal tiga. Hal itu menjadi begitu istimewa tepat di September ini, karena sebelas menjadi angka milik kami.
            Sebelas, bukanlah waktu yang sebentar jika merujuk pada ukuran tahun. Ya, kamu pasti bisa bayangkan itu. Perjalanan panjang itu penuh liku. Suatu waktu, kami pernah dengan arogannya saling menyakiti dengan berpura-pura tak merasa pada hati yang sebenarnya masih ingin bersama. Lantas, kami memilih untuk melepas pelukan. Kami memilih berbelok untuk membuat cerita baru di mana bukan kami yang menjadi toko utama ceritanya. Kami memang tak lagi berpelukan, namun kami tak pernah melepaskan genggaman tangan. Setiap hari selalu saja ada cerita dari masing-masing kami tentang tokoh cerita baru yang kami punya. Kami tetap bertatap dengan saling ceria dan penuh tawa meski seringnya terlintas rasa kecewa dan tak rela. Kami menyimpannya sebagai diam yang berpenghuni di relung paling dalam.
            Hatilah yang kemudian menuntun kami kembali pada jalur yang dulu di satu titik kami pernah berhenti. Tapi tak semudah itu pada kenyataannya. Kami justru punya musuh besar baru yang membuat cerita seringnya jadi sendu. Kesibukan terlalu menyita waktu, dan komunikasi pada waktu itu tidak begitu saja dapat terbantu melalui telepon seluler atau dunia maya. Ya, sekarang jaraklah yang menjadi musuh besarnya. Bertahun mengiba pada jarak membuat kami seringnya menatap pada langit yang sama, bercerita pada senja, namun dari tempat yang berbeda.
            Senja tak lagi sama beberapa tahun berikutnya. Aku seringnya melihat lembayung yang dibayangi mendung. Tak ada kabar berita, aku seolah tak tahu Langit-ku berada di mana. Tak ada satu pun petunjuk yang aku punya untuk memecahkan misteri, mencari jejak kaki. Aku kehilangan, tak ada lagi pegangan selain Tuhan.
            Tapi rasanya takdir senang bermain dengan kami. Aku yang hampir putus asa berbulan-bulan mencari, suatu hari dipertemukan kembali. Kami percaya bahwa tidak ada yang pernah kebetulan. Segala sesuatu pasti sudah digariskan. Maka kami percaya, inilah takdir Tuhan. Karena sejauh apapun kami mencoba pergi berlari, kami pasti kembali seolah Tuhan selalu punya cara-Nya sendiri untuk menyatukan kami.
            Jadi di sinilah kami, dengan segala upaya melewati banyak duri dan menghancurkan banyak batu besar menjadi kerikil yang kemudian kami sentil. Kami kembali meneruskan perjalanan dalam buku cerita kami yang akan masih terus membalik halaman untuk sebuah akhir yang kami percayai itu bernama BAHAGIA.

            Inilah September, milik aku dan kamu. September milik kita. Terima kasih untuk selalu ada saat aku berhenti di titik biru, memberi jeda  di saat merah menguasai kita, dan datang memberi warna cerah saat aku merasa abu-abu. Selamat mengulang tanggal tiga untuk kamu, lelaki yang kunamai Langit, tempat ternyaman untukku kembali pulang. Selamat Ulang Tahun untuk kita yang kesebelas tahun lamanya. Semoga takdir selalu menjaga aku dan kamu tetap ada dan bersama hingga di akhir cerita.




"...i'll always look back as i walk away
this memory ill last for eternity
and all ouf tears will be lost in the rain
when i've found my way back to your arms again..."
(Westlife - Queen of My Heart)