Copyright © ...Pecinta Kata dan Senja...
Design by Dzignine
Minggu, 13 Juni 2010

Lelaki yang Menyukai Hujan...

-->
Menjelang tengah malam. Handphoneku berdering suarakan alunan lagu Lucky si Jason Mraz. Aku bisa menebak siapa yang menelponku. Ya, ringtone lagu itu memang aku khususkan untuknya, si lelaki yang menyukai hujan...
Suaranya terdengar masih sengau karena flu sejak beberapa hari yang lalu. Percakapan kami pun dimulai dengan membahas ujian semester yang akan aku hadapi Senin besok.
“Jangan belajar sampe pagi...” ujarnya yang selalu saja bawel kalau aku sering tidur pagi.
“Waah gag janji yaaaah...justru kalo sepi tuh enak buat blajar tauu..” aku berkilah seperti biasanya.
“Besok pagi aku pulang ke rumah.”
Hmm..entah mengapa aku sering iri jika ia menyebutkan kata “rumah”. Rumahnya terdengar begitu nyaman karena selalu ada kehangatan yang menyambutnya ketika ia pulang. Aku iri karena tidak pernah merasakan hal itu lagi sejak mama pergi.
“Nanti aku bangunin kamu pagi-pagi. Makanya tidurnya jangan pagi-pagi. ” aku hanya cengengesan mendengar ucapannya.

Hening sejenak. Pikiranku masih menerawang teringat mama. Tapi aku enggan untuk membahasnya. Lantas aku mengajaknya membicarakan kembali film Robinhood yang kami tonton beberapa hari yang lalu. Membahas scene di mana Marion, istri Robin Longstride meminta Longstride untuk berbagi kamar lantas dijawab oleh Longstride supaya Marion meminta dengan baik-baik.
“Kalau aku minta sesuatu sama kamu dengan baik-baik, kamu bakalan ngabulin gag??” tanyaku tiba-tiba.
“Hmmm..” ia berusaha berpikir.
“Bukan minta kamu berhenti ngerokok kok..” entah kenapa aku seolah tau apa yang ada dipikirannya.
“Terus minta apa dong?”
“Nyanyiin lagu romantis buat aku...” dia tersenyum.
“Kan sekarang lagi bindeng suaranya..aku lagi flu..”
“Aaaah kamu mah selalu saja beralasan kalo diminta nyanyi..knapa sih?? Katanya dulu vokalis band...hahaha jangan-jangan suara kamu pernah bikin pingsan murid satu sekolahan yaa??” ledekku seperti biasanya jika ia menolak saat diminta untuk bernanyi.
“Nanti aku nanyi deh...kalo kita ketemu lagi setelah kamu pulang KKN dari Ciamis..” aku bersorak dalam hati. Akhirnya si lelaki hujan yang rasanya mahal banget suaranya kalo buat nyanyi ini mau nyanyi hahaha*
“Semoga takdir tersenyum pada kita..jadi kita masih bisa ketemu..” lanjutnya.
“Kalooo...abis aku ujian kita ketemu lagi gimana??” aku sedikit ragu sebenarnya menanyakan hal ini, mengingat selama ini betapa sibuknya jadwal ia bekerja dan padatnya aku dengan tugas-tugas kuliah. Sehingga untuk sering bertemu menjadi hal yang langka rasanya.
“Jalan-jalan yuuk..ke seaworld..” ujarnya tiba-tiba. aku terdiam sejenak mendengar ajakannya, teringat dengan keinginanku kemarin.
“Hey, kamu bisa baca pikiran aku ya???” tanyaku setengah curiga.
“Hah?? Memangnya kenapa??” nampaknya ia sama herannya dengan aku.
“Kemarin aku kepikiran lagi pengen banget ke sana. Tapi belum sempet ngomong ke siapa-siapa dan nggak tahu juga mau ngajak siapa. Rasanya gag mungkin aja ngajak kamu yang super sibuk buat pergi. Jadi yaudah, aku pendem aja. Trus tiba-tiba aja kamu ngajak ke sana. Takdirkah??” kami berdua lantas tertawa bersama.
            Dan aku tahu. Hal ini bukan yang pertama terjadi. Ia seolah selalu tahu apa yang aku rasa meski aku belum bercerita. Ia seolah mengerti apa yang aku alami meski aku belum berkata. Ya, ia memang selalu tahu isyarat mata, gerak bibir, emosi yang tertahan, semangat yang redup, kata yang diubah, perbuatan yang disembunyikan, dan dusta yang dibenar-benarkan. Dia bukan Tuhan..dia hanyalah lelaki yang menyukai hujan..
“Berasa gag??” tanyanya..
“Berasa apa?? Apa sih?? Nanyanya gag jelas...”
“Aku lagi meluk kamu...” aku diam, tak menjawab. Tersipu.
“Jeleeek...” aku mulai merengek manja.
“Apaaaa...”
“Kenapa sih gag pernah mau difoto berdua??” tanyaku penasaran. Ya, aneh mungkin kedengarannya. Tapi selama hampir 9 tahun aku dan dia bersama..tak pernah ada satu foto pun yang mengabadikan gambar kami berdua.
“Aku nggak mau dikenang..” jawabnya.
“Gag mau dikenang apa nggak mau dikenal orang??” ledekku. Mengingat selama ini ia terkadang enggan berhubungan dengan orang yang tidak ia kenal dekat.
“Gag mau dikenang...” ujarnya menegaskan.
“Gag ngerti aaah...kamu kan tahu aku suka oneng..jelasin jangan pake analogi tingkat tinggi yaaa...” ia tertawa kecil mendengar protesku.
“Ibaratnya gini..kalo kamu tiap hari tinggal di rumah yang sama. Kamu udah hapal banget tiap sudutnya. Sampe kalo kamu pergi pun kamu bakalan selalu inget sama tiap sudut rumah kamu. Lantas buat apa lagi kamu foto dan simpen gambarnya??” aku terdiam berusaha mencerna. Dan saat aku tahu maksudnya..entah mengapa aku merasa lega. Ada rasa bahagia yang damai rasanya mengalir bersama aliran darah.
“Kamu ngerti gag maksud aku??? Jangan-jangan ngartiinnya malah beda lagi..” tanyanya meledek.
“Iyaaaa aku ngerti..aku kan udah gag oneng-oneng banget sekarang”
“Aku udah hapal banget kamu kayak gimana..tabiat kamu..manjanya kamu..egoisnya kamu..sabarnya kamu..semuanya...semuanya udah terekam jelas banget di otak aku. Jadi aku gag perlu foto yang sifatnya semu.” aku terdiam. Si lelaki yang menyukai hujan ini memang selalu saja punya kalimat-kalimat ampuh yang menenangkan. Meski kadang cueknya suka gag ketulungan dan seringkali membuat aku jadi uring-uringan. Aku tahu, pada dasarnya ia selalu berusaha memberikan yang terbaik. Ia yang selalu siap memberikan bahunya untuk aku bersandar saat lelah dan memberikan genggaman tangan yang erat saat aku mulai lemah. Ia yang dengan sabar dan dewasanya mengajakku bangkit saat aku pernah merasa merasa semua orang memojokkan dan menyalahkanku karena suatu hal. Dia bukan Tuhan...dia hanya lelaki yang menyukai hujan..



             




0 komentar:

Posting Komentar